Jumat, 17 Juli 2009

angka nol

Betulkah penemu angka nol adalah orang Arab?

Orang Arab pernah mengklaim bahwa angka nol adalah hasil temuan ilmuwan
mereka. Sebagian umat di berbagai sudut bumi percaya dan menelan
mentah-mentah begitu saja.

Bahkan banyak orang membangga-banggakan hal itu dengan mengusung slogan:
"Terbukti Islam bukan cuma sekadar ajaran agama, tapi juga sumber ilmu
pengetahuan yang tak terkira."

Mereka senangnya bukan main mendengar kabar burung bahwa angka nol
ditemukan oleh orang Arab, segirang anak kecil yang diberi balon. Padahal
mereka berwajah Melayu dengan hidung pesek dan jarang makan daging
kambing. Menu makanan sehari-harinya tak jauh dari sepiring nasi sama tahu
tempe,
kadang cuma semangkuk indomi telur. Mengelus-elus leher unta dan menari-nari
mengelilingi pohon kurma dengan iringan rebana pun mungkin belum pernah.
Kenapa musti jingkrak-jingkrak dengan kabar temuan dari orang Arab
berhidung mancung yang belum tentu benar? Karena punya anggapan naif
musti membela sekaum? Kemungkinan besar begitu.

Tapi musti pula diingat, tak semua orang Arab adalah muslim. Sebagian dari
mereka adalah umat Kristiani dan pemeluk agama-agama lainnya. Ada juga yang
mengklaim bahwa Persia (Iran), Mesopotamia (Irak), dan Egypt (Mesir) adalah
Arab. Bukan, mereka dulu ratusan tahun lamanya dijajah oleh emporium
kekhalifahan Arab, sehingga terjadi Arabisasi yang sistematik di pelbagai
aspek kehidupannya.

Zero = 0 = Empty = Kosong (Nol)

Memang, kata dalam Bahasa Inggris 'zero' (nol) berasal dari bahasa Arab
'sifr', suatu terjemahan literal dari bahasa Sanskrit "shûnya" yang
bermakna "kosong".

Runtutan keterkaitan bahasa dari masa ke masa:
shûnya (Sanskrit) -> .... (Ancient Egypt/Babylonia) -> .....
(Greek/Helenic) -> .... (Rome/Byzantium) - sifr (Arab) -> zero (English) ->
nol; kosong (Indonesia)

Wikipedia

The word "zero" comes ultimately from the Arabic "sifr", or "empty," a
literal translation of the Sanskrit "shûnya".
With its new use for the concept of zero, zephyr came to mean a
light breeze - "an almost nothing" (Ifrah 2000; see References). The
word zephyr survives with this meaning in English today. The
Italian mathematician Fibonacci (c.1170-1250), who grew up in Arab
North Africa and is credited with introducing the Arabic decimal system to
Europe.

Around the same time, the Arab mathematician al-Khwarizmi described
the "Hindu number" system with positional notation and a zero symbol
in his book Kitab al-jabr wa'l muqabalah.

Link: http://en.wikipedia.org/wiki/0_%28number%29

Nol asalnya dari India

"shûnya" bukan cuma sebuah istilah, tapi juga konsep. Ditemukan pertama
kali oleh matematikawan India pada 400 SM. Istilah itu tak sekadar notasi.
tetapi konsep zero.

Pada abad 7 Masehi, Brahmagupta dari India menerbitkan aturan aritmatika
yang menggunakan konsep 0 dan negatif, salah satunya melahirkan pernyataan
0/0 = 0:

"The sum of zero and a negative number is negative, the sum of a
positive number and zero is positive, the sum of zero and zero is zero."

Konsep pertama 'zero' sudah dipakai pada tahun 876 M di India yang
menunjukkan 50 & 270, keduanya ditulis dengan Zero:

http://www.bookrags.com/sciences/sciencehistory/zero-wsd.html

Pada 830 Masehi, Mahavira di India menuliskan:
"... a number multiplied by zero is zero, and a number remains the
same when zero is subtracted from it."

Selanjutnya:

"The brilliant work of the Indian mathematicians was transmitted to
the Islamic and Arabic mathematicians further west. It came at an
early stage for al-Khwarizmi wrote Al'Khwarizmi on the Hindu Art of
Reckoning which describes the Indian place-value system of numerals
based on 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, and 0."

Apakah India satu-satunya kebudayaan yang sudah mengenal Zero?

Tidak. Babylonia sudah mengenal konsep zero sekalipun belum menuliskan
secara tegas. Namun bangsa Maya sudah menggunakan konsep zero dalam
perhitungannya.

http://www-groups.dcs.st-and.ac.uk/~history/HistTopics/Mayan_mathematics.html

Memang, di masa lalu banyak orang Eropa melakukan riset di berbagai
negeri kekuasaan kekhalifahan Islam dan menerjemahkan buku-buku berbahasa
Arab saat berjayanya Islam. Sedangkan alur sejarah yang jarang disinggung
oleh
dunia Islam ketika berbicara soal pengaruh sains Arab terhadap Eropa
adalah jasa-jasa orang Kristen Orthodox pada zaman dinasti Abbasiyah.
Mereka melakukan satu tugas yang amat bernilai dalam mengalihkan dan
menerjemahkan budaya Helenisme kepada kaum muslim - dari bahasa Yunani
& Siria ke dalam bahasa Arab. Sebuah warisan yang kemudian 'dikembalikan'
ke kekristenan Arab melalui Spanyol (Anton Wessels, hal 189). Mereka
ini adalah para rohaniawan Nestorian & Yakobit yang memproduksi aneka
karya di bidang sejarah, astronomi, sains dan obat-obatan. Para rohaniawan
sendiri dilengkapi dengan ilmu sastra dan medis.

Situasi tersebut berubah ketika kepemimpinan berpindah ke Hakim
bi'amr Allah (996-1021). Tercatat antara tahun 1012-1014 (jadi hanya
dalam waktu dua tahun), terdapat kurang lebih 30.000 gereja dihancurkan
di seluruh Mesir & Syria. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1017, Hakim
kemudian memberikan kebebasan untuk memeluk agama Kristen. Sebuah
kesepakatan yang lebih bernilai politis dengan kekuasaan Byzantium.

Begitulah kisahnya kenapa kita musti 100% percaya bahwa angka nol bukan
temuan
orang Arab. Saat mau mengklaim segala sesuatu kita musti meninjaunya
dari berbagai sisi, yang paling utama adalah catatan sejarah dan runtutan
penggunaan bahasa yang digunakan pelbagai bangsa dari zaman ke zaman.
Amat disayangkan, beberapa negara Arab tak mau peduli dengan sejarah,
termasuk Arab Saudi yang melarang para arkeolog melakukan sigi di negerinya.

Snow in Sahara

Sebagai contoh istilah gurun Sahara di Afrika Utara. Anggun, bukan gadis
Arab, pernah menyenandungkan lagu berjudul "Snow in Sahara". Anda yang
peduli
pada sejarah tentunya penasaran ingin mengetahui asal-usul kata Sahara.
Ternyata pemberi nama Sahara adalah orang Inggris (saat dulu menjajah Mesir
dan wilayah Afrika lainnya). Istilah itu mengadopsi dari istilah Arab:
'sahra'. Seperti kita
semua tahu, kekhalifahan Arab juga pernah menjajah wilayah Mesir
beratus-ratus
tahun lamanya. Sedangkan Arab mengadopsi dari istilah India yang
kebudayaannya
lebih kuno dan lebih maju: 'sagara', artinya lautan (Jawa: "segoro"). Ribuan
tahun lampau, wilayah gurun Sahara dipercaya berupa lautan luas.

Pesan singkat dari saya: "Jadilah diri sendiri, jangan membebek orang
lain begitu saja. Apalagi kalau sampai membabi buta."

Tanggapan tentang temuan angka nol dari berbagai milis:
_________________________________________________________________
He-Man
e: gorgious@xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Apa Anda kira dulu kejayaan Islam itu cuma dari orang Arab? Orang
Arab itu bahkan tidak tahu bilangan yang lebih dari 1000 tidak tahu ada
angka 0 dll. Kemajuan peradaban Islam masa lalu tidak lain dari mempelajari
peradaban bangsa lain dari mulai Yunani, Romawi, India, Persia dll, yang
notabene
bangsa kafir.

asrh
e: loginlagi@xxxxxxxxxx

Wah pak He-Man yang nemu angka nol justru orang Arab, Muhammad bin
Ahmad, he-he.....Jangan anti dengan Arab deh, wong Qur'an itu bahasa
Arab.

_________________________________________________________________
Jannho Lau
e: jannho.lau@xxxxxxxxx

Bodohnya orang ini! Penemu angka yang pertama kali adalah orang Arab.
Dan semua angka dari mulai 1, 2, 3...dan seterusnya penemunya adalah
orang Arab. Sebagai orang yang objektif, lo mustinya tahu itu. Sistem
angka ini saja disebut Arabian number. Trus kenapa angka Arab sekarang
diganti? Itu karena pada masa Perang Salib, kaum Islam tidak suka
sistem angkanya dikopi oleh orang Eropa, dan akhirnya mereka mengganti
bentuk-bentuk angkanya.

Jawaban:
Silakan baca tulisan di atas..........semoga tercerahkan.....

_________________________________________________________________

Terima kasih buat teman-teman di milis KATY (SMA Negeri 1 Teladan
Yogyakarta)
yang pernah mendiskusikan topik ini. Khususnya masukan dari Mas Handaka BM.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar